MAKALAH TEORI AKUNTANSI KONSEP EKUITAS
MAKALAH TEORI AKUNTANSI
KONSEP EKUITAS
Kelompok : 8
Samirin
Ajeng
Cici Veronika
UNIVERSITAS
DJUANDA
April 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami
berhasil menyelesaikan makalah teori akuntansi ini yang berjudul "Konsep Ekuitas" dengan
baik.
Penulisan
makalah ini selain bertujuan untuk menuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi
juga bertujuan agar kita lebih mengerti dan memahami tentang konsep ekuitas dalam ilmu akuntansi.
Dalam menyelesaikan
karya tulis ini, penulis menyadari telah banyak menerima
bantuan dari berbagai pihak sehingga karya
tulis yang sederhana
ini dapat terwujud. Untuk itu dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan penghargaan dan
mengucapkan terimkasih kepada:
1.
Indra Cahya Kusuma, SE., M.Si. selaku dosen pembimbing
yang telah berkenan memberikan motivasi kepada penulis
dan membimbing dalam pembuatan karya tulis ini sehingga dapat terselesaikan
dengan baik.
2.
Teman-teman seperjuangan yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.
3.
Semua pihak yang yang telah membantu dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari
bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dengan iringan
doa semoga karya tulis ini bisa bermanfaat dalam pengembangan pendidikan dan
wacana berpikir kita bersama.
|
Bogor, 2 April 2017
Penulis
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................
I.
PENDAHULUAN.....................................................................................
I.1
Latar
Belakang...................................................................................
I.2
Rumusan Masalah .........................................................................
I.3
Tujuan.................................................................................................
II.
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
2.1.
Penelitian Terdahulu .....................................................................
2.2.
Tinjauan Teori ...............................................................................
2.2.1.
Pengertian Ekuitas ...............................................................
2.2.2.
Tujuan Penyajian Ekuitas................................................
2.2.3.
Komponen Ekuitas..........................................................
2.2.4.
Teori Ekuitas ...................................................................
2.2.5.
Posisi Financial Accounting Standard Board (FASB)....
2.2.6.
Laporan Nilai Tambah (Value Added) Sebagai Pelengkap
............. Laporan Keuangan .........................................................
2.3.
Study Kasus ................................................................................
2.3.1.
DD ..................................................................................
2.3.2.
Pembahasan Kasus .........................................................
2.3.3.
Kesimpulan Study Kasus ...............................................
III.
PENUTUP ............................................................................................
3.1.
Simpulan........................................................................................ ....
3.2.
Saran ..................................................................................................
1.1.
.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut
modal. Ekuitas mengandung unsur kepemilikan (ownership), untuk
organisasi nonprofit ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk
menghindari kesan adanya pemilikan. Karena konsep kesatuan usaha memisahkan
antara manajemen dan pemilik, informasi tentang ekuitas pemegang saham menjadi
sangat penting karena hal tersebut menunjukkan hubungan antara perusahaan (perseroan)
dengan pemegang saham. Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Indonesia (2002),
misalnya, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam pasal 49 mendefinisi ekuitas
sebagai berikut: "ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban".
Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang
saham adalah menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi
dan kepengurusan (stewardship) manajemen. Tujuan suatu perusahaan dalam
jangka panjang adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan
tercermin dari harga pasar sahamnya (Fama, 1978). Jensen (2001) menjelaskan
bahwa untuk memaksimumkan nilai perusahaan tidak hanya nilai ekuitas saja yang
harus diperhatikan, tetapi juga semua klaim keuangan seperti hutang, warran,
maupun saham preferen. Hasil penelitian lain dengan menggunakan sampel
perusahaan-perusahaan di USA menunjukkan pengaruh kondisi tertentu terhadap
kuatnya hubungan antara harga saham dan laba serta relevansi nilai variabel-variabel
akuntansi lain seperti nilai buku ekuitas, arus kas operasi (Luciana 2007)
dalam Yenti Y.E. dan Syofyan, E.(2013). Nilai buku ekuitas adalah nilai buku
aset dikurangi dengan nilai buku kewajiban pada awal tahun dibagi dengan jumlah
saham umum yang beredar (Ely dan Waymire, 1999; Aboody et al, 2002 dalam Naimah
dan Utama, 2006:11).
Penilaian perusahaan merupakan tujuan penting bagi banyak pengguna laporan keuangan. Investor
perlu menilai ekuitas mereka yang ada pada perusahaan melalui laporan keuangan
yang disampaikan perusahaan. Laporan
keuangan yang dibuat oleh perusahaan menggambarkan kinerja
manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaannya, laporan keuangan tersebut
harus memenuhi tujuan, aturan serta prinsip-prinsip akuntansi yang sesuai dengan standar yang
berlaku umum agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipertanggung
jawabkan dan bermanfaat bagi setiap penggunanya.
Analisis penilaian ekuitas menekankan laba dan pengukuran
akuntansi lain untuk menghitung nilai perusahaan. Penilaian ekuitas dapat menggunakan
proksi market to book ratio karena sangat dipengaruhi oleh pemilihan
metode akuntansi yang digunakan perusahaan, dalam Yenti Y.E. dan Syofyan,
E.(2013). Ekuitas pemegang saham
terdiri atas dua komponen penting yaitu Modal Setoran (Contributed Capital)
dan Laba Ditahan (Retained Earnings).
Berdasarkan pada
uraian-uraian diatas, maka penyusun tertarik untuk membuat makalah dengan judul
"Konsep Ekuitas".
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, dalam
penyusunan makalah ini kami menggunakan rumusan masalah sebagai lingkup
permasalahan kami, antara lain:
1.
Apa pengertian ekuitas?
2.
Apa tujuan penyajian ekuitas?
3.
Apa saja komponen ekuitas?
4.
Bagaimanakah teori ekuitas?
5.
Bagaimana posisi Financial Accounting Standard Board (FASB) mengenai
teori ekuitas?
6.
Bagaimana laporan nilai tambah (Value Added) sebagai pelengkap
laporan keuangan?
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan
dalam pembuatan makalah ini adalah untuk:
1.
Mengetahui pengertian ekuitas.
2.
Mengetahui tujuan penyajian ekuitas.
3.
Mengetahui komponen ekuitas.
4.
Mengetahui tentang teori ekuitas.
5.
Mengetahui bagaimana posisi Financial Accounting Standard Board
(FASB) mengenai teori ekuitas.
6.
Bagaimana laporan nilai tambah (Value Added) sebagai pelengkap
laporan keuangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu
yang relevan yang berhubungan dengan pembahasan tentang konsep ekuitas disajikan
dibawah ini:
Pertama, penelitian yang
dilakukan oleh Yona Efri Yenti dan Efrizal Syofyan (2013) Alumni Program Studi Akuntansi FE UNP dalam
jurnalnya yang berjudul "Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap
Penilaian Ekuitas Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel
Pemoderasi" (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di PT
BEI), hasil penelitian ini menunjukan bahwa konservatisme akuntansi tidak
berpengaruh signifikan positif terhadap penilaian ekuitas pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di PT BEI. Kepemilikan manajerial bukan variabel pemodersi atau
tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan konservatisme akuntansi dengan
penilaian ekuitas pada perusahaan manufaktur yang yang terdaftar di PT
BEI, dan kepemilikan manajerial
bukan variabel pemoderasi atau tidak
berpengaruh signifikan terhadap hubungan konservatisme akuntansi dengan penilaian
ekuitas pada perusahaan
manufaktur yang yang terdaftar di
PT BEI.
Kedua, penelitian yang
dilakukan oleh Anissa Amalia Mulya 2012) Fakultas Ekonomi Universitas Budi
Luhur Jakarta dalam jurnalnya yang berjudul "Analisis Relevansi
Informasi Laba Akuntansi, Nilai Buku Ekuitas Dan Arus Kas Operasi Dengan Harga
Saham" (Studi Empirik Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008), hasil
penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial laba akuntansi memiliki pengaruh
yang positif terhadap harga saham dan koefisien laba akuntansi lebih dan arus
kas operasi menunjukkan relevansi nilai laba lebih tinggi dibandingkan nilai
buku ekuitas dan arus kas operasi. Nilai
buku ekuitas memiliki pengaruh yang positif terhadap harga saham, tetapi nilai
buku ekuitas memiliki relevansi nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan laba
akuntansi dan lebih besar jika dibandingkan dengan arus kas operasi. Secara simultan (gabungan) informasi
laba akuntansi, nilai buku ekuitas dan arus kas operasi memiliki pengaruh
terhadap harga saham.
Ketiga, penelitian yang
dilakukan oleh Siti Maimunah dan Tiara Shinta Megasatya (2015) Fakultas Ekonomi
Universitas Pakuan dalam jurnalnya yang berjudul "Pengaruh Struktur Modal
Terhadap Earning Per Share Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk"
hasil penelitian ini menunjukan Debt To Asset Ratio tidak
memiliki pengaruh terhadap Earning Per Share. Debt to asset ratio
menggambarkan kemampuan aset perusahaan dibiayai utang, debt to asset ratio
digunakan untuk mengukur total utang dengan total aset. Jadi, apabila debt
to asset ratio mengalami kenaikan maka tidak akan berpengaruh pada earning
per share. Debt To Equity Ratio memiliki pengaruh terhadap earning per
share. Debt to equity ratio digunakan untuk menilai utang dengan
ekuitas. Jadi, apabila debt to equity ratio mengalami kenaikan
maka akan berpengaruh pada earning per share.
2.2.
TINJAUAN TEORI
2.2.1.
Pengertian Ekuitas
Pengertian ekuitas tidak dapat didefinisi secara
independen terhadap asset dan kewajiban. Ekuitas pemilik pada dasarnya bukan
kewajiban, tetapi merupakan klaim sisa (residual claim) terhadap aktiva.
Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Indonesia (2002), Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) mendefinisi ekuitas sebagai berikut (pasal 49): ekuitas adalah
hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Pada
dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas akan berkurang dengan
adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian keuntungan
(deviden) atau kerugian usaha.
Ekuitas didefinisikan sebagai hak residual untuk
menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan
pengorbanan sumber ekonomi masa datang (Soewardjono, 2005). Karena didefinisi
atas dasar asset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada bagaimana
asset dan kewajiban diukur.
FASB Statement
of Financial Accounting Concepts No. 6 mendefinisikan ekuitas sebagai "hak
sisa terhadap aktiva suatu entitas setelah dikurangi hutang". Dari
definisi tersebut dapat dikatakan bahwa
dua karakteristik ekuitas adalah sebagai
berikut:
a.
Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan
hutang perusahaan.
b.
Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan
aktiva neto baik yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan biaya)
maupun investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik.
2.2.2.
Komponen Ekuitas
Komponen ekuitas terdiri dari:
1.
Modal Setoran (Contributed Capital)
Modal Setoran mencakup Modal Yuridis dan Modal Setoran Lainnya.
Modal yuridis yang dihitung berdasarkan nilai nominal (par value) saham
menunjukkan aktiva neto yang tidak dapat didistribusikan ke pemegang saham.
Kelebihan nilai di atas nilai nominal diakui sebagai agio saham (additional
paid-in capital).
a.
Modal Yuridis (Legal Capital),
terdiri dari:
1.
Nilai nominal dari saham preferen (Par Value of Preferred stock)
2.
Nilai nominal saham biasa (Par Value of common stock)
3.
Umum (atau saham preferen berlangganan) (Common (or preferred
stock subscribed)
4.
Surat saham dan opsi (Stock Warrant and options)
5.
Dividen saham yang akan dibagikan (Stock dividends to be distributed)
6. Saham biasa dari penerbitan kembali (common stock from
the reissuance of)
b.
Modal Setoran Lainnya (Paid-in
Capital), terdiri dari:
a.
Pada saham preferen (on preferred stock)
b.
Pada saham biasa (on common stock)
c. Dari sumber lain (pemecahan saham, saham preferen,
konversi, dll) saham. (from other sources (stock splits, preferred stock,
conversion, etc) stock.
Laba ditahan terdiri dari Laporan Laba/Rugi, penyesuaian periode
sebelumnya, dan deviden. Oleh karena
Laporan Laba/Rugi merupakan bagian dari laba ditahan, maka dapat
dikatakan bahwa ada hubungan saling terkait atau artikulasi (articulation)
antara Laporan Laba/Rugi dan Neraca.
3.
Penyesuaian Modal Belum Terealisasi (Unrealized Capital Adjustment).
a.
Kerugian portofolio yang belum direalisasi untuk efek non-pasar (Unrealized
portfolio losses for non-market securities)
b.
Selisih kurs yang belum direalisasi dan rugi (Unrealized foreign
exchange gains and losses)
c.
Modal sumbangan (Donated capital).
2.2.3.
Tujuan Penyajian Ekuitas
Pengungkapan
informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan penyajian
informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Pada umumnya, tujuan
pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada
yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan (stewardship)
manajemen. Informasi tentang kewajiban yuridis perseroan terhadap para pemegang
saham dan pihak lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas pemegang saham
ini.
Untuk
memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang ekuitas
pemegang saham tersebut minimal adalah:
a.
Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya;
b.
Peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan pengembangan modal
setoran kepada pemegang saham;
c.
Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya
(urutan proteksi).
2.2.4.
Teori Ekuitas
Teori ekuitas
adalah teori yang menjelaskan sudut pandang
yang digunakan dalam akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Denghan kata
lain, penyusunan dan penyajian laporan
keuangan sangat tergantung pada sudut pandang yang digunakan yaitu siapa
yang dianggap paling berkepentingan terhadap laporan keuangan. Oleh karena itu,
teori ini membahas pihak yang dianggap paling dominan dan menjadi sudut pandang
dalam pelaporan keuangan. Pemakaian sudut pandang yang berbeda dapat menghasilkan
format pelaporan yang berbeda pula.
1.
Teori Propietary
Pada awalnya teori
ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan. Teori ini
memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Jadi dalam akuntansi, tujuan
perusahaan, jenis modal, makna rekening dan lain-lain semuanya dilihat dari
sudut pandang pemilik. Dengan demikian tujuan perusahaan adalah meningkatkan
kemakmuran pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan adalah:
Aktiva – Hutang = Modal
Aktiva merupakan
kekayaan pemilik, sementara hutang merupakan kewajiban pemilik. Kepemilikan ini
dianggap sebagai nilai bersih dari perusahaan untuk pemilik. Ketika usaha baru
dimulai, nilai ini sama dengan investasi pemilik. Selama berjalanmya usaha maka
nilai perusahaan sama denganinvestasi awal ditambahakumulasi laba bersih
setelah dikurangi prive untuk pemilik. Jadi teori proprietary menganut wealth
concept.
Teori proprietary
sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan perseorangan dan firma oleh
karna dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal antara manajemen
perusahaan dengan pemilik perusahaan. Hal ini disebabkan laba bersih atau net
inocme ditambah setiap periode ke rekening modal pemilik walaupun perhitungan
laba bersih tidak mengukur kenaikan bersih kekayaan (wealth).
Teori proprietary
tidak dapat langsung digunakan untuk bentuk perusahaan perseroan terbatas
seperti halnya untuk perusahaan perseorangan dan firma. Namun demikian, dalam praktek
banyak yang memandang bahwa total modal saham yang diinvestasikan dan laba
ditahan dianggap sebagai kekayaan bersih pemilik dan hal ini mengimplikasikan teori
proprietary. Konsep laba komprehensif yang diadopsi oleh FASB juga
menggunakan dasar teori proprietary yaitu memasukkan semua item yang
mempengaruhi pemilik selama periode itu kecuali pengambilan dividen dan
transaksi modal.
Teori proprietary
banyak mempengaruhi praktek-praktek akuntansi
maupun terminologi akuntansi perusahaan perseroan terbatas. Sebagai
misal, laba bersih suatu perusahaan sering dianggap sebagai laba bersih bagi
pemilik. Labih jauh lagi laporan keuangan harus menunjuk pada earning per
share dan book value per share. Pengertian "laba bersih bagi
pemilik" dapat diinterpretasikan
sebagai sisa laba bersih yang dialokasikan kepada modal pemilik dan "book
value per share" dapat diinterpretasikan sebagai book equity per
share menurut pendekatan entitas.
Oleh karena sudut
pandang yang digunakan adalah pemilik, maka
pengukuran dengan menggunakan current value dipandang lebih
relevan dibandingkan historical cost.
Makna Laba (Income)
Berdasarkan sudut
pemilik, pendapatan diartikan kenaikan modal pemilik, sementara biaya diartikan
Sebagai penurunan modal pemilik. Dengan demikian laba merupakan kenaikan
kekayaan atau kemakmuran pemilik selama satu periode yang menjadi hak bagi
pemilik.
2.
Teori Entitas ( Kesatuan Usaha)
Teori entitas
muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori proprietary. Kenyataan
menunjukkan bahwa perkembangan kegiatan usaha menyebabkan perusahaan menjadi
unit usaha yang berdiri sendiri terpisah dari identitas pemilik. Hal ini
berarti terdapat pemisah antara kepentingan pribadi pemilik dengan kepentingan
perusahaan. Perusahaan dianggap Bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri
terpisah dari pemilik. Teori entitas didasarkan atas persamaan akuntansi:
Aktiva = Hutang = Modal
Atau
Aktiva = Modal ( Hutang = Modal Pemilik)
Elemen yang ada pada sisi kanan persamaan sering disebut
hutang, tetapi sesungguhnya adalah ekuitas dengan hak yang berbeda didalam
perusahaan. Perbedaan utama antara hutang dan ekuitas pemilik adalah hak
kreditur dapat dinilai secara independen dari penilaian yang lain jika
perusahaan dalam keadaan solvent, sedangkan hak pemegang saham atau
pemilik diukur dari penilaian aktiva yang diinvestasikan ditambah laba yang diinvestasikan
kembali. Namun demikian, hak pemegang saham untuk menerima diveiden dan bagian
aktiva jika dilikuidasi adalah hak sebagai pemegang saham bukan hak sebagai
pemilik aktiva khusus.
Jadi hutang adalah
kewajiban khusus perusahaan, dan aktiva menunjukkan hak perusahaan menerima
barang dan jasa khusus atau manfaat lainnya. Penilaian aktiva harus menceminkan
pengukuran manfaat yang diterima oleh perusahaan. Laba bersih suatu perusahaan umumnya
diekspresikan dalam bentuk perubahan bersih modal pemilik, tidak termasuk
perubahan yang berasal dari deklarasi deviden dan transaksi modal. Hal ini tidak sama dengan
teori proprietary yang mengatakan bahwa laba bersih adalah laba bagi pemegang
saham. Laba bersih dalam pendangan
entitas menggambarkan sisa perubahan
posisi ekuitas setelah dikurangi semua klaim, termasuk bunga hutang jangka panjang dan pajak penghasilan.
Teori entitas cocok diterapkan untuk
organisasi yang berbentuk
perseroan terbatas (corporate), tetapi juga relevan untuk perusahaan lain yang memiliki eksistensi yang terpisah dari
individu pemilik.
Teori entitas memiliki
dua versi yaitu versi tradisional dan versi baru. Perbedaan kedua versi
tersebut terletak pada sudut pandang yang digunakan dalam melihat entitas.
a.
Versi Tradisional
Menurut pandangan tradisional perusahaan beroperasi untuk
pemegang ekuitas (equity holders) yaitu pihak yang memberi dana bagi
perusahaan. Dengan demikian perusahaan harus melaporkan status investasi dan
konsekuensiinvestasi yang dilakukan pemilik.
b.
Versi Baru
Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas
namanya sendiri dan berkentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri.
Penyajian laporan keuangan kepada pemegang ekuitas dimaksudkan untuk memenuhi syarat
legal dan menjaga hubungan baik dengan pemegang ekuitas dalam kaitannya dengan
kebutuhan dana yang diperlukan dimasa mendatang.
Meskipun kedua
pandangan diatas memusatkan perhatiannya pada kesehatan usaha (entitas yang independen),
namun pandangan tradisional melihat pemegang ekuitas sebagai partner (associate)
dalam kegiatan usaha yang dijalankan. Sedangkan pandangan baru melihat pemegang
ekuitas sebagai pihak luar perusahaan.
Oleh karena pemilik dan kreditor merupakan pemegang
ekuitas yang memberi dana, maka persamaan akuntansinya adalah:
Aktiva = Ekuitas
Ekuitas
menunjukkan hak/klaim pemegang ekuitas terhadap aktiva suatu unit suatu
usaha. Kreditor memiliki klaim yang secara spesifik dapat ditentukan, sementara
pemegang saham memiliki klaim atas sisa
aktiva dalam kasus likuidasi. Pemegang saham memiliki hak terhadap total aktiva
dan dividen apabila diumumkan oleh dewan
direktur. Meskipun demikian, hak
yang diterima didasarkan pada perjanjian
kontraktual yang ada.
Atas dasar teori entitas, neraca yang disajikan
mengandung makna sebagai berikut:
•
Aktiva perusahaan menyajikan informasi langsung mengenai nilai unit usaha
•
Ekuitas menunjukkan laporan tidak langsung terhadap jumlah nilai yang sama
•
Aktiva adalah milik perusahaan
•
Hutang merupakan kewajiban perusahaan bukan kewajiban pemilik
•
Aktiva non monoter lebih relevan bila diukur dengan cost histories karena
nilai total aktiva sama dengan umlah pasivanya.
Makna Laba
Dalam pendekatan entitas ini, laporan rugi laba relevan
dibandingkan neraca. Alasannya:
•
Pemegang ekuitas lebih tertarik pada alba yang merupakan hasilm dari
investasi mereka
•
Perusahaan didirikan dengan maksud mencari laba
•
Laba merupakan perubahan dalam aktiva bersih perusahaan
•
Pendapatan adalah aliran masuk aktiva karena transaksi yang dilakukan
perusahaan
•
Biaya adalah cost aktiva atau jasa yang digunakan perusahaan dalam rangka
menghasilkan pendapatan
Laba ditahan
Menurut pandangan tradisional laba dicatat dan ditampung
dalam laba ditahan. Pandangan baru melihat bahwa laba ditahan merupakan ekuitas
perusahaan/investasi milik sendiri.
Pandangan Tradisional
•
Bunga pinjaman adlah distribusi laba ditahan atas pemakaian pinjaman modal
bukan biaya bagi kreditor
•
Deviden merupakan distribusi laba ditahan bagi pemilik saham
•
Pajak penghasilan merupakan distribusi laba ditahan
Pandangan Baru
Kreditor dan pemegang saham dianggap sebagai pihak luar.
Bunga pinjaman, deviden dan pajak penghasilan dianggap sebagai biaya
perusahaankarena menurunkan jum;lah ekuitas unit usaha tersebut.
3.
Teori Ekuitas Residual
Seorang teoritisi akuntansi William Paton (1962)
menyatakan bahwa ekuitas residual merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas.
Dalam pandangan teori entitas, pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan
seperti pemegang ekuitas lainnyan, tetapi pemegang saham tidak dianggap sebagai
pemilik.
Jadi, teori ekuitas residual merupakan pandangan antara
teori proprietary dan teori entitas. Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya
menjadi:
Aktiva – Ekuitas khusus = Ekuitas Residual
Ekuitas khusus meliputi klaim kreditur dan ekuitas
pemegang saham preferen. Namun demikian pada kasus khusus dimana kerugian
begitu besar sehingga perusahaan mengalami kebangkrutan, ekuitas pemegang saham
biasa dapat hilang dan pemegang saham preferen atau pemegang obligasi menjadi
pemegang ekuitas residual. Tujuan pendekatan ekuitas residual adalah memberikan
informasi yang lebih baik kepada pemegang saham biasa dalam rangka pengambilan
keputusan investasi.
Pemegang saham biasa pada umumnya dianggap memiliki ekuitas
residual di dalam laba perusahaan dan di dalam aktiva bersih pada saat
likuidasi. Oleh karena laporan keuangan umumnya disusun tidak dalam rangka
likuidasi, maka informasi yang disajikan dalam kaitannya dengan ekuitas residual harys berguna untuk memprediksi
dividen masa datang bagi pemegang saham biasa.
4.
Teori Enterprise
Teori enterprise suatu perusahaan merupakan konsep yang
lebih luas dibandingkan teori entitas. Di dalam teori entitas perusahaan
dipandang sebagai unit ekonomi terpisah yang dioperasikan dalam
rangkamemberikan manfaat bagi pemegang saham. Sedankan dalam teori enterprise
perusahaan dipandang sebagai lembaga dosial yang dioperasikan dalam rangka
memberikan manfaat bagi banyak pihak yang berkepentingan. Dalam arti luas
pihak-pihak yang berkepentingan meliputi pemegang saham, kreditur, pegawai,
konsumen, pemerintah dan masyarakat secara umum. Jadi bentuk luas dari teori
enterprise dapat dipandang sebagai teori akuntansi sosial.
Konsep ini cocok diterapkan untuk perusahaan skala besar dan
modern dan memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan pengaruh dari tindakannya
kepada beberapa kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Dari aspek
akuntansi hal ini berarti tanggungjawab pelaporan keuangan tidak hanya kepada pemegang
saham dan kreditur semata, tetapi lebih luas kepada semua kelompok lain yang berkepentingan
dan masyarakat keseluruhan. Konsep income yang paling relevan dengan teori
enterprise adalah laporan keuangan nilai tambah (value added statement)
yaitu laporan keuangan yang menujukkan kontribusi pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan didalam menghasilkan nilai tambah
perusahaan.
5.
Teori Dana (Fund)
Teori dana mengabaikan asumsi hubungan personal dalam
teori proprietary dan asumsi personifikasi perusahan sebagai unit ekonomi dan
legal secara artifisal dalam teori entitas. Menurut teori dana, unit
aktivitas operasi merupakan dasar
akuntansi. Unit aktivitas operasi ini disebut dana yang meliputi
sekelompokaktiva dan restriksi atau batasan-batasan yang menggambarkan fungsi
atau aktivitas ekonomi. Teori dana berdasarkan pada persamaan akuntansi sebagai
berikut:
Aktiva = Restriksi Aktiva
Aktiva menggambarkan jasa prospektif kepada dana atau
unit operasi. Hutang merupakan retriksi aktiva khusus atau umum dari dana.
Modal yang diinvestasikan mencerminkan retriksi legal atau financial untuk
menggunakan aktiva. Konsep teori dana ini banyak digunakan di sektor pemerintah
dan lembaga nir-laba.
Didalam pemerintahan dana yang umunya digunakan meliputi
dana umum (general fund), dana pendapatan khusus (special revenuefund), dana
proyek (capital projectfund), dana
pelunasan hutang jangka penjang (debt service fund). Setiap dana ini memiliki
restriksi penggunaan yang diatur dalam undang-undang atau peraturan pemerintah
lainnya. Masing-masing dana dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri sehingga masing-masing
memiliki pembukuan debit kredit sendiri dan memiliki neraca dan laporan
perubahan saldo dana.
2.2.5.
Posisi FASB
Financial
Accounting Standard Board (FASB) sangat
jelas mengadopsi teori ekuitas residual ketika berhubungan dengan ekuitas
pemilik (owner' equity) yang
menyatakan "hak residual pada aktiva suatu entitas yang tersisa setelah di
kurangi hutang". Pandangan ini sejalan dengan tujuan akuntansi yang dinyatakan oleh FASB yaitu menyediakan
informasi khususnya kepada investor atau lebih khusus kepada peemegang saham
biasa.
FASB juga mengakui
bahwa pendekatan ini
menimbulkan masalah jika berkaitan dengan hybrid securites atau saham
yang memiliki karakteristik ganda yaitu sebagian hutang dan sebagian saham
seperti pada hutang obligasi yang dikonversikan. Persoalannya adalah
bagaimana memisahkan dan mengungkapkan
saham yang memiliki dua karakteristik
ini.
2.2.6.
Laporan Nilai Tambah (Value
Added) Sebagai Pelengkap Laporan Keuangan
Laporan keuangan suatu perusahaan yang terdiri dari neraca,
laporan laba rugi, laba yang belum dibagi dan perubahan posisi keuangan atau
arus kas serta catatan atas laporan keuangan sebenamya tidak lain adalah
laporan pertanggungjawaban manajemen kepada terutama para pemilik perusahaan. Laporan keuangan ini disusun berdasarkan dua
anggapan pokok. Pertama, bahwa pemilik
modal yang ditanamkan dalam perusahaan adalah pemegang saham. Kedua, tujuan penyusunan laporan keuangan dititik beratkan pada
kebutuhan para pemegang saham dan
investor. Oleh karena itu laba bersih suatu perusahaan dapat dipandang sebagai pendapatan yang dihasilkan perusahaan untuk
para pemegang saham dan
investor (ada investor yang mendapat
bunga).
Konsep teori enterprise memandang bahwa tujuan perusahaan
adalah dalam rangka memberikan
kesejahteraan kepada beberapa kelompok orang yang berkepentingan terhadap
perusahaan tersebut. Untuk memberikan laporan kesejahteraan perusahaan kepada
beberapa kelompok yang berkepentingan terhadap perusahaan, dapat dilakukan
dengan menyusun laporan tambahan selain laporan keuangan yang biasa, yaitu
laporan nilai tambah (value added statement).
Laporan nilai tambah menunjukkan pendapatan suatu perusahaan sebagai kesatuan
usaha dan bagaimana nilai tambah ini didistribusikan kepada kelompok-kelompok yang
menyumbangkan terciptanya nilai tambah tersebut.
A.
Konsep Nilai Tambah
Konsep nilai
tambah secara umum dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara pebghasilan
kotor yang diterima oleh suatu perusahaan dari hasil penjualan produk dan jasa
dengan jumlah uang yang dibayarkan untuk membeli bahan baku dan jasa alin yang
disediakan oleh pemasok dari luar perusahaan. Dari definisi ini dapat
disimpulkan bahwa nilai tambah pada dasarnya adalah hasil penjualan dikurangi
dengan biaya bahan baku dan jasa pihak luar yang digunakan dalam rangka
menciptakan penghasilan tersebut.
Sebagian dari
hasil penjualan dipakai untuk membayar bahan baku dan jasa yang dibeli dari
masyarakat di luar perusahaan. Sisanya adalah kekayaan atau nilai tambah
perusahan atau nilai tambah perusahaan yang diciptakan oleh pegawai yang ada di
dalam perusahaan yang bekerja dengan
sejumlah modal yang berasal dari pemegang saham, kreditur dan pemakaian
fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah.
Untuk memberikan gambaran
yang lebih jelas, sebagai misal A memiliki sebuah perusahaan X. A membeli bahan
baku gandum seharga Rp 10.000,- dan A menggaji seorang pegawai B untuk
mengolah bahan baku gamdum menjadi tepung terigu. Tepung terigu ini laku dijual
dengan harga Rp 25.000,. Pegawai B menerima gaji Rp 5.000,-. Dari contoh ini dapat dihutung bahwa laba bersih
yang diperoleh A sebesar Rp 10.000 sedangkan nilai tambah perusahaan X sebesar
Rp 15.000,- Besarnya nilai tambah ini merupakan hasil kerja bersarna antara A
sehagai pemilik modal dan B sehagai pegawai. Oleh karena itu nilai tambah akan
didistribusikan kepada A dan B.
B.
MetodePenentuan Nilai Tambah
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menghitung
nilai tambah suatu perusahaan yaitu Metode
Subtractive dan Metode additive.
1.
Metode Subtractive,
yaitu nilai tambah (NT) perusahaan dapat dihitung dari besarnya nilai penjualan
atau output kotor perusahaan yaitu dengan cara hasil penjualan (HP) dikurangi
dengan beban input (BI) yang terdiri dari bahan baku atau jasa yang dibeli dari
luar perusahaan yang dipakai untuk menghasilkan penjualan tersebut atau secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
NT = HP- BI
2.
Metode additive
merupakan nilai tambah (NT) perusahaan dapat dihitung dari laporan laba opeasi,
yaitu dengan cara menjumlahkan jumlah input produksi yang berasal dari modal
dan tenaga kerja dalam rangka menghasilkan penjualan. Dalam istilah akuntansi
adalah jumlah laba operasi (sebelum pajak, bunga dan pos-pos luar biasa tetapi
setelah menghilangkan unsur beban operasi dan laba yang berasal dari kegiatan
non produksi) ditambah dengan biaya gaji dan upah pegawai atau secara matematis
dirumuskan sebagai berikut:
NT = BG + (LO – NP)
NT : Nilai Tambah
BG : Beban Gaji dan Upah
LO : Laba Operasi
NP : Beban Operasi dan Laba yang Berasal dari Kegiatan
Non Produksi.
Metode additive memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan metode substractive dalam hal
penyusunannya lebih mudah karena cukup dengan memodifikasi laporan laba rugi.
Disamping itu metode ini mudah pula
diterapkan untuk segala jenis bidang usaha, misalnya perusahaan yang bergerak
dalam bidang penjualan jasa, jasa keuangan dan sebagainya.
C.
Penyusunan Laporan Nilai Tambah
Seperti halnya laporan laba rugi, laporan nilai tambah
juga disusun atas dasar konsep akrual dan matching principles. Disamping itu,
lapopran nilai tambah merupakan laporan hasil operasi perusahaan (tidak
termasuk transaksi modal) untuk periode
waktu tertentu, bukan pada tanggal tertentu. Dengen metode additive, laporan keuangan nilai tambah dapat disusun
dengan mudah hanya dengan mengubah laporan laba rugi. Laporan keuangan nilai tambah
dapat disusun dengan mudah hanya dengan mengubah laporan Laba Rugi. Besarnya
laba yang ditahan perusahaan dapat dihitung dengan cara mengurangkan berbagai
macam beban, pajak dan deviden dari hasil penjualan atau secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut:
LD = HP – BI – Dep – BG – I – Div – T…….(1)
LD : Laba Ditahan
HP : Hasil Penjualan
BI : Total Beban Input Bahan Baku dan Jasa Lain
BG : Beban Gaji dan Upah Pegawai
Dep : Beban Depresiasi
I : Beban Bunga
Div : Deviden yang Dibayar
T : Pajak Penghasilan
Dengan
mengubah persamaan (1), yaitu memindahkan elemen basil
penjualan, beban input dan beban depresiasi ke sebelah kiri persamaan
serta memindahkan elemen beban gaji, beban bunga, deviden, pajak dan Iaba
ditahan ke sebelah kanan persamaan, maka dapat dihitung besarya nilai
tambah bersih:
HP - Bl - Dep
= BG + I + Div + T + LD .............. (2)
Jika nilai depresiasi
dalam persamaan (2) dipindahkan ke sebelah kanan persamaan,
maka akan didapat besarnya
nilai tambah kotor:
HP - BI = BG+ I+
Div+ T + LD + Dep ...................(3)
Perbedaan antara nilai tarnbah bersih dan nilai tambah
kotor terletak pada perlakuan beban depresiasi. Perbedaan kedua nilai tambah
tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Nilai tarnbah tidak lain adalah kekayaan yang diciptakan oleh perusahaan
dan kekayaan ini akan dinilai terlalu tinggi apabila tidak diakui adanya
akumulasi penurunan nilai aktiva tetap karena pemakaian aktiva tersebut.
2.
Sesuai dengan konsep konsistensi dan matching antara penghasilan dan beban,
maka beban depresiasi harus diperlakukan pula seperti halnya beban input bahan
baku yaitu pengurangi hasil penjualan.
3.
Nilai tambah bersih menghilangkan adanya perhitungan ganda, sedangkan nilai
tambah kotor akan menghasilkan perhitungan ganda, kerana tidak dikurangkannya
beban depresiasi dari hasil penjualan.
Contoh :
Perusahaan A menjual bahan baku kepada perusahaan B.
Secara keseluruhan penjualan ini tidak akan menaikkan nilai tambah, karena
pertambahan nilai pada A akan diimbangi dengan pengurangan nilai tambah pada B
(sebagai biaya bahan pada B). Apabila barang
yang diperjual belikan itu aktiva tetap, maka seandainya B melaporkan atas
dasar nilai tambah kotor, pembelian
aktiva tetap oleh B tidak akan mengurangi nilai tambah, sedangkan nilai tambah
A akan naik sebesar penjualan aktiva
tetap tersebut.
Tabel 8.1, Nilai Tambah kotor

4.
Ide suatu perusahaan merupakan hasil kerja kolektif beberapa kelompok orang sesuai dengan konsep
nilai tambah bersih. Lihat tabel 8.2 besarnya nilai tambah bersih merupakan
hasil kerja para pegawai, pemilik modal
dan pemerintah, sedangkan sisanya tercermin dalam laba ditahan yang dipakai
untuk pengembangan perusahaan dimasa datang.
Tabel 8.2, Nilai
Tambah Bersih

D.
Manfaat Laporan Nilai Tambah
1.
Pengungkapan
Laporan nilai tambah merupakan
usaha memberikan informasi yang lengkap dan relevan tentang kegiatan perusahaan
dengan memasukkan informasi beberapa kelompok orang yang berkepentingan
terhadap perusahaan, seperti pemilik, kreditur, pegawai dan pemerintah.
Bagi pemakai laporan keuangan yang sudah ahli hal ini
dapat dibenarkan karena mereka dengan mudah dapat mencari informasi yang sama
dari laporan tahunan perusahaan. Namun demikian, perlu diingat bahwa tujuan
utama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna bagai berbagai
macam pemakai laporan keuangan yang memiliki kebutuhan dan kemampuan menganalisa
yang berbeda
2.
Sederhana dan Fleksibel
Laporan nilai tambah sangat mudah disusun hanya dengan
memodifikasi laporan laba rugi. Desamping itu, bentuk dan isi laporan nilai
tambah lebih mudah dipahami dibandingkan laporan laba rugi, khususnya bagi para
pegawai, pemilik modal dan pemerintah, karena laporan tersebut mengelompokkan
pihak-pihak yang ikut menyumbang tercipiptanya nilai tambah perusahaan.
Namun demikian, para pemakai laporan nilai tambah harus
memiliki pemahaman tentang isi informasi yang disajikan, jika tidak
kesederhanaan laporan nilai tambah menjadi menyesatkan. Laporan nilai tambah memiliki fleksibilitas
dalam penyusunannya, karena dapat
disusun atas dasar biaya historis,
constant purchasing power bahkan
atas dasar current cost accounting sekalipun.
3.
Hubungan Industrial
Laporan nilai tambah dimaksudkan dapat mencerminkan
adanya "team spirit" di
dalam organisasi perusahaan. Laporan Nilai tambah memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan laporan laba-rugi :
1.
Laporan nilai tambah menggambarkan pernana pegawai di dalam perusahaan oleh
karena dipandang sebagai pihak yang ikut menyumbangkan terciptanya kekayaan perusahaan.
2.
Dengan pemberian insentif kepada para pegawai atas dasar besarnya sumbangan
mereka terhadap nilai tambah perusahaan, maka dengan sendirinya akan menaikkan
motivasi pegawai didalam proses penciptaan kekayaan perusahaan.
3.
Laporan nilai tambah dapat dipakai sebagai referensi guna penyelesaian
kasus-kasus perburuhan.
4.
Kebijakan Ekonomi
Laporan nilai tambah berperan dalam memperbaiki kegiatan
analisa ekonomi, oleh karena konsep nilai tambah konsisten dengan analisa
input-output yang sering dipakai para ekonom untuk menghitung pendapatan
nasional. Apabila setiap perusahaan secara konsisten menyajikan laporan nilai
tambah, maka pemerintah akan mampu mengumpulkan data ekonomi secara akurat dan
tepat waktu yang pada gilirannya akan memberikan data yang akurat bagi
keperluan peramalan dan penyusunan kebijakan ekonomi pemerintah.
5.
Analisis Komparasi
Laporan nilai tambah memberikan tambahan kriteria yang
dapat dipakai sebagai dasar untuk meniali dan membandingkan prestasi suatu
perusahaan dengan perusahaan lain. Dengan mengetahui besarnya rasio antara
nilai tambah dan gaji pegawai akan dapat diprediksi sehat tidaknya suatu
perusahaan. Disamping itu laporan nilai tambah dapat pula dipakai sebagai alat
untuk mengukur besar dan pentingnya suatu perusahaan. Besarnya perusahaan
biasanya tercermin dari besarnya nilai penjualannya, tetapi perlu diingan bahwa
angka nilai penjualan dapat menyesatkan jika besarnya turnover perusahaan
hanyalah pencerminan dari biaya pembelian produk dari perusahaan lain yang di
jual kembali kepada konsumen
Perusahaan yang padat modal dan hanya memperkerjakan
sedikit pegawai akan tampak lebih besar dan penting dibandingkan perusahaan
padat karya. Laporan nilai tambah memberikan
informasi tentang besarnya jumlah
pegawai dan besarnya penciptaan
kekayaan bersih perusahaan,
serta distribusi kekayaan ini
kepeda beberapa kelompok yang
terlibat dalam proses
penciptaan kekayaan tersebut.
E.
Kelemahan Laporan Nilai Tambah
Bagi para pemakai yang tidak
memahami konsep laporan keuangan, laporan nilai tambah dapat membingungkan
mereka sebab nilai tambah suatu perusahaan baik sebaliknya laba perusahaan
turun.
Contoh:
Misalnya penjualan suatu perusahaan R. 100.000, sedang
biaya inputnya Rp. 0 dan biaya gaji pegawai Rp. 110.000. laporan nilai tambah
perusahaan menunjukkan Rp.100.000 (Rp. 100.000 – Rp. 0 dan menderita kerugian
bersih sebesar Rp. 100.000 (Rp.100.000 – Rp. 110.000). apa yang terjadi pada
perusahaan ini sebenarnya adalah kekayaan yang diciptakan oleh perusahaan Rp.
100.000 sedangkan kekayaan yang didistribusikan kepada pegawai sebesar Rp.
110.000 melebihi besarnya kekayaan yang diciptakan. Jadi ada transfer kekayaan
dari pemegang saham ke pegawai perusahaan.
Dengan menyajikan laporan nilai tambah ada kecenderungan
bahwa manajemen akan selalu memaksimumkan besarnya nilai tambah yang pada
gilirannya akan menyesatkan dalam pengambilan keputusan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan mempertimbangkan membuat sendiri
atau membeli dari luar suatu komponen khusus dan berikut ini informasi yang
tersedia:

-
Tarnbahan biaya memproduksi
komponen menjadi produk akhir =
Rp 500,-
-
Harga jual produk akhir = Rp3000,-
- Nilai tambah
membuat sendiri komponen =
Rp 3000 - Rp 1000 = Rp 2000,-
- Nilai tambah
membeli komponen =
Rp 3000 - Rp 2000 = Rp 1000,-
- Laba bersih membuat sendiri
komponen = Rp 3000 - Rp 3000 =
Rp 0,-
- Laba bersih
membeli komponen = Rp 3000 - Rp 2500 = Rp 500,-
Jika tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan nilai
tambah, maka sebaiknya membuat sendiri komponen tersebut karena akan memberikan
nilai tambah yang lebih besar dibandingkan membeli dari luar dan perusahaan
tidak mendapatkan laba atau rugi. Sebaliknya jika tujuan perusahaan adalah
memaksimumkan laba, maka sebaiknya
perusahaan membeli komponen tersebut dari luar karena memberikan laba sebesar Rp 500,-. Jelaslah bahwa
pengambilan keputusan dengan konsep
nilai tambah memerlukan ketelitian dan pertimbangan banyak faktor .
2.3.
STUDY KASUS
AFTAR PUSTAKA
Ghozali, I, dan A. Chariri, 2007, Teori
Akuntansi, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Edisi 3.
Yenti, Y.E. and Syofyan, E., 2013. Pengaruh Konservatisme
Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas Dengan Good Corporate Governance Sebagai
Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
PT BEI). Wahana Riset Akuntansi, 1(2).
Mulya, A.A., 2012. Analisis Relevansi Informasi Laba
Akuntansi, Nilai Buku Ekuitas dan Arus Kas Operasi Dengan Harga Saham. Jurnal
Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur, Jakarta.
Maimunah, S. and Megasatya, T.S., Pengaruh Struktur Modal
Terhadap Earning Per Share Pada Pt Telekomunikasi Indonesia Tbk. Jurnal Ilmiah
Akuntansi Fakultas Ekonomi, Volume 1 No. 2 Tahun 2015, Hal. 85-93
Wahyudi, U. and Pawestri, H.P., 2006. Implikasi struktur
kepemilikan terhadap nilai perusahaan: dengan keputusan keuangan sebagai
variabel intervening. Simposium Nasional Akuntansi, 9, pp.1-25.
Iustian, R., & Arifah, D. A. (2013). Analisis
Pengaruh Informasi Laba Akuntansi, Nilai Buku Ekuitas Dan Arus Kas Operasi
Terhadap Harga Saham. Fokus Ekonomi, 8(1).
Naimah, Z., & Utama, S. (2006). Pengaruh ukuran
perusahaan, pertumbuhan, dan profitabilitas perusahaan terhadap koefisien
respon laba dan koefisien respon nilai buku ekuitas: Studi pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX, 23-26.
Komentar
Posting Komentar