MAKALAH TEORI AKUNTANSI KONSEP EKUITAS



MAKALAH TEORI AKUNTANSI

KONSEP EKUITAS

Kelompok : 8
Samirin
Ajeng
Cici Veronika






UNIVERSITAS DJUANDA
April 2016





KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah teori akuntansi ini yang  berjudul "Konsep Ekuitas" dengan baik.
Penulisan makalah ini selain bertujuan untuk menuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi juga bertujuan agar kita lebih mengerti dan memahami tentang konsep ekuitas dalam ilmu akuntansi.
            Dalam  menyelesaikan  karya  tulis  ini, penulis menyadari telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak sehingga karya  tulis  yang  sederhana  ini  dapat  terwujud. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan  mengucapkan terimkasih kepada:
1.    Indra Cahya Kusuma, SE., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan memberikan motivasi kepada penulis dan membimbing dalam pembuatan karya tulis ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
2.    Teman-teman seperjuangan yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.
3.    Semua pihak yang yang telah membantu dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
            Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dengan iringan doa semoga karya tulis ini bisa bermanfaat dalam pengembangan pendidikan dan wacana berpikir kita bersama.


Bogor, 2 April 2017

Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................
I.              PENDAHULUAN.....................................................................................     
I.1          Latar Belakang...................................................................................
I.2          Rumusan Masalah .........................................................................
I.3          Tujuan.................................................................................................     
II.           TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
2.1.       Penelitian Terdahulu .....................................................................
2.2.       Tinjauan Teori ...............................................................................
2.2.1.          Pengertian Ekuitas ...............................................................
2.2.2.          Tujuan Penyajian Ekuitas................................................
2.2.3.          Komponen Ekuitas..........................................................
2.2.4.          Teori Ekuitas ...................................................................
2.2.5.          Posisi Financial Accounting Standard Board (FASB)....
2.2.6.          Laporan Nilai Tambah (Value Added) Sebagai Pelengkap
............. Laporan Keuangan .........................................................
2.3.       Study Kasus ................................................................................
2.3.1.          DD ..................................................................................
2.3.2.          Pembahasan Kasus .........................................................
2.3.3.          Kesimpulan Study Kasus ...............................................
III.        PENUTUP ............................................................................................
3.1.       Simpulan........................................................................................ ....
3.2.       Saran ..................................................................................................
1.1.       .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Untuk perusahaan perseorangan, ekuitas sering disebut modal. Ekuitas mengandung unsur kepemilikan (ownership), untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut dengan aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan adanya pemilikan. Karena konsep kesatuan usaha memisahkan antara manajemen dan pemilik, informasi tentang ekuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut menunjukkan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Indonesia (2002), misalnya, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam pasal 49 mendefinisi ekuitas sebagai berikut: "ekuitas adalah  hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban".
Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan (stewardship) manajemen. Tujuan suatu perusahaan dalam jangka panjang adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya (Fama, 1978). Jensen (2001) menjelaskan bahwa untuk memaksimumkan nilai perusahaan tidak hanya nilai ekuitas saja yang harus diperhatikan, tetapi juga semua klaim keuangan seperti hutang, warran, maupun saham preferen. Hasil penelitian lain dengan menggunakan sampel perusahaan-perusahaan di USA menunjukkan pengaruh kondisi tertentu terhadap kuatnya hubungan antara harga saham dan laba serta relevansi nilai variabel-variabel akuntansi lain seperti nilai buku ekuitas, arus kas operasi (Luciana 2007) dalam Yenti Y.E. dan Syofyan, E.(2013). Nilai buku ekuitas adalah nilai buku aset dikurangi dengan nilai buku kewajiban pada awal tahun dibagi dengan jumlah saham umum yang beredar (Ely dan Waymire, 1999; Aboody et al, 2002 dalam Naimah dan Utama, 2006:11).
Penilaian perusahaan merupakan tujuan penting  bagi banyak pengguna laporan keuangan. Investor perlu menilai ekuitas mereka yang ada pada perusahaan melalui laporan keuangan yang disampaikan perusahaan. Laporan  keuangan  yang  dibuat oleh perusahaan menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaannya, laporan keuangan tersebut harus memenuhi tujuan, aturan serta prinsip-prinsip  akuntansi yang sesuai dengan standar yang berlaku umum agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan dan bermanfaat bagi setiap penggunanya.
Analisis penilaian ekuitas menekankan laba dan pengukuran akuntansi lain untuk menghitung nilai perusahaan. Penilaian ekuitas dapat menggunakan proksi market to book ratio karena sangat dipengaruhi oleh pemilihan metode akuntansi yang digunakan perusahaan, dalam Yenti Y.E. dan Syofyan, E.(2013). Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua komponen penting yaitu Modal Setoran (Contributed Capital) dan Laba Ditahan (Retained Earnings).
Berdasarkan pada uraian-uraian diatas, maka penyusun tertarik untuk membuat makalah dengan judul "Konsep Ekuitas".
1.2.       Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, dalam penyusunan makalah ini kami menggunakan rumusan masalah sebagai lingkup permasalahan kami, antara lain:
1.        Apa pengertian ekuitas?
2.        Apa tujuan penyajian ekuitas?
3.        Apa saja komponen ekuitas?
4.        Bagaimanakah teori ekuitas?
5.        Bagaimana posisi Financial Accounting Standard Board (FASB) mengenai teori ekuitas?
6.        Bagaimana laporan nilai tambah (Value Added) sebagai pelengkap laporan keuangan?

1.3.       Tujuan Penulisan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk:
1.        Mengetahui pengertian ekuitas.
2.        Mengetahui tujuan penyajian ekuitas.
3.        Mengetahui komponen ekuitas.
4.        Mengetahui tentang teori ekuitas.
5.        Mengetahui bagaimana posisi Financial Accounting Standard Board (FASB) mengenai teori ekuitas.
6.        Bagaimana laporan nilai tambah (Value Added) sebagai pelengkap laporan keuangan.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.       Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan yang berhubungan dengan pembahasan tentang konsep ekuitas disajikan dibawah ini:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Yona Efri Yenti dan Efrizal Syofyan  (2013) Alumni Program Studi Akuntansi FE UNP dalam jurnalnya yang berjudul "Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi" (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di PT BEI), hasil penelitian ini menunjukan bahwa konservatisme akuntansi tidak berpengaruh signifikan positif terhadap penilaian ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di PT BEI. Kepemilikan manajerial bukan variabel pemodersi atau tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan konservatisme akuntansi dengan penilaian ekuitas pada perusahaan manufaktur yang yang terdaftar  di PT  BEI, dan kepemilikan manajerial bukan variabel pemoderasi   atau tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan konservatisme akuntansi dengan  penilaian  ekuitas  pada perusahaan manufaktur yang yang terdaftar  di PT  BEI.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Anissa Amalia Mulya 2012) Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur Jakarta dalam jurnalnya yang berjudul "Analisis Relevansi Informasi Laba Akuntansi, Nilai Buku Ekuitas Dan Arus Kas Operasi Dengan Harga Saham" (Studi Empirik Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008), hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial laba akuntansi memiliki pengaruh yang positif terhadap harga saham dan koefisien laba akuntansi lebih dan arus kas operasi menunjukkan relevansi nilai laba lebih tinggi dibandingkan nilai buku ekuitas dan arus kas operasi.  Nilai buku ekuitas memiliki pengaruh yang positif terhadap harga saham, tetapi nilai buku ekuitas memiliki relevansi nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan laba akuntansi dan lebih besar jika dibandingkan dengan arus kas operasi. Secara simultan (gabungan) informasi laba akuntansi, nilai buku ekuitas dan arus kas operasi memiliki pengaruh terhadap harga saham.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Siti Maimunah dan Tiara Shinta Megasatya (2015) Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan dalam jurnalnya yang berjudul "Pengaruh Struktur Modal Terhadap Earning Per Share Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk" hasil penelitian ini menunjukan Debt To Asset Ratio tidak memiliki pengaruh terhadap Earning Per Share. Debt to asset ratio menggambarkan kemampuan aset perusahaan dibiayai utang, debt to asset ratio digunakan untuk mengukur total utang dengan total aset. Jadi, apabila debt to asset ratio mengalami kenaikan maka tidak akan berpengaruh pada earning per share. Debt  To Equity Ratio  memiliki pengaruh terhadap earning per share. Debt to equity ratio digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Jadi, apabila debt to equity ratio mengalami kenaikan maka akan berpengaruh pada earning per share.
2.2.       TINJAUAN TEORI
2.2.1.      Pengertian Ekuitas
Pengertian ekuitas tidak dapat didefinisi secara independen terhadap asset dan kewajiban. Ekuitas pemilik pada dasarnya bukan kewajiban, tetapi merupakan klaim sisa (residual claim) terhadap aktiva. Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Indonesia (2002), Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisi ekuitas sebagai berikut (pasal 49): ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha  perusahaan. Ekuitas akan berkurang dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian keuntungan (deviden) atau kerugian usaha.
Ekuitas didefinisikan sebagai hak residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomi masa datang (Soewardjono, 2005). Karena didefinisi atas dasar asset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada bagaimana asset dan kewajiban diukur.
 FASB Statement of Financial Accounting Concepts No. 6 mendefinisikan ekuitas sebagai "hak sisa terhadap aktiva suatu entitas setelah dikurangi hutang". Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa  dua  karakteristik ekuitas adalah sebagai berikut:
a.         Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan hutang perusahaan.
b.        Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan aktiva neto baik yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan biaya) maupun investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik.
2.2.2.      Komponen Ekuitas
Komponen ekuitas terdiri dari:
1.        Modal Setoran (Contributed Capital)
Modal Setoran mencakup Modal Yuridis dan Modal Setoran Lainnya. Modal yuridis yang dihitung berdasarkan nilai nominal (par value) saham menunjukkan aktiva neto yang tidak dapat didistribusikan ke pemegang saham. Kelebihan nilai di atas nilai nominal diakui sebagai agio saham (additional paid-in capital).
a.         Modal Yuridis (Legal Capital), terdiri dari:
1.      Nilai nominal dari saham preferen (Par Value of Preferred stock)
2.      Nilai nominal saham biasa (Par Value of common stock)
3.      Umum (atau saham preferen berlangganan) (Common (or preferred stock subscribed)
4.      Surat saham dan opsi (Stock Warrant and options)
5.      Dividen saham yang akan dibagikan (Stock dividends to be distributed)
6.      Saham biasa dari penerbitan kembali (common stock from the reissuance of)
b.                     Modal Setoran Lainnya (Paid-in Capital), terdiri dari:
a.       Pada saham preferen (on preferred stock)
b.      Pada saham biasa (on common stock)
c.       Dari sumber lain (pemecahan saham, saham preferen, konversi, dll) saham. (from other sources (stock splits, preferred stock, conversion, etc) stock.
Laba ditahan terdiri dari Laporan Laba/Rugi, penyesuaian periode sebelumnya, dan deviden. Oleh karena  Laporan  Laba/Rugi merupakan   bagian dari laba ditahan, maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan saling terkait atau artikulasi (articulation) antara Laporan Laba/Rugi   dan Neraca.
3.        Penyesuaian Modal Belum Terealisasi (Unrealized Capital Adjustment).
a.         Kerugian portofolio yang belum direalisasi untuk efek non-pasar (Unrealized portfolio losses for non-market securities)
b.         Selisih kurs yang belum direalisasi dan rugi (Unrealized foreign exchange gains and losses)
c.         Modal sumbangan (Donated capital).
2.2.3.      Tujuan Penyajian Ekuitas
Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan (stewardship) manajemen. Informasi tentang kewajiban yuridis perseroan terhadap para pemegang saham dan pihak lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas pemegang saham ini.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah:
a.         Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya;
b.        Peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan pengembangan modal setoran kepada pemegang saham;
c.         Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya (urutan proteksi).
2.2.4.      Teori Ekuitas
Teori ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut pandang  yang digunakan dalam akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian  laporan keuangan. Denghan kata lain, penyusunan dan penyajian laporan  keuangan sangat tergantung pada sudut pandang yang digunakan yaitu siapa yang dianggap paling berkepentingan terhadap laporan keuangan. Oleh karena itu, teori ini membahas pihak yang dianggap paling dominan dan menjadi sudut pandang dalam pelaporan keuangan. Pemakaian sudut pandang yang berbeda dapat menghasilkan format pelaporan yang berbeda  pula.
1.        Teori Propietary
Pada awalnya teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan. Teori ini memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Jadi dalam akuntansi, tujuan perusahaan, jenis modal, makna rekening dan lain-lain semuanya dilihat dari sudut pandang pemilik. Dengan demikian tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan adalah:
Aktiva – Hutang = Modal
Aktiva merupakan kekayaan pemilik, sementara hutang merupakan kewajiban pemilik. Kepemilikan ini dianggap sebagai nilai bersih dari perusahaan untuk pemilik. Ketika usaha baru dimulai, nilai ini sama dengan investasi pemilik. Selama berjalanmya usaha maka nilai perusahaan sama denganinvestasi awal ditambahakumulasi laba bersih setelah dikurangi prive untuk pemilik. Jadi teori proprietary menganut wealth concept.
Teori proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan perseorangan dan firma oleh karna dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal antara manajemen perusahaan dengan pemilik perusahaan. Hal ini disebabkan laba bersih atau net inocme ditambah setiap periode ke rekening modal pemilik walaupun perhitungan laba bersih tidak mengukur kenaikan bersih kekayaan (wealth).
Teori proprietary tidak dapat langsung digunakan untuk bentuk perusahaan perseroan terbatas seperti halnya untuk perusahaan perseorangan dan firma. Namun demikian, dalam praktek banyak yang memandang bahwa total modal saham yang diinvestasikan dan laba ditahan dianggap sebagai kekayaan bersih pemilik dan hal ini mengimplikasikan teori proprietary. Konsep laba komprehensif yang diadopsi oleh FASB juga menggunakan dasar teori proprietary yaitu memasukkan semua item yang mempengaruhi pemilik selama periode itu kecuali pengambilan dividen dan transaksi modal.
Teori proprietary banyak mempengaruhi praktek-praktek akuntansi  maupun terminologi akuntansi perusahaan perseroan terbatas. Sebagai misal, laba bersih suatu perusahaan sering dianggap sebagai laba bersih bagi pemilik. Labih jauh lagi laporan keuangan harus menunjuk pada earning per share dan book value per share. Pengertian "laba bersih bagi pemilik" dapat  diinterpretasikan sebagai sisa laba bersih yang dialokasikan kepada modal pemilik dan "book value per share" dapat diinterpretasikan sebagai book equity per share menurut pendekatan entitas.
Oleh karena sudut pandang yang digunakan adalah pemilik, maka  pengukuran dengan menggunakan current value dipandang lebih relevan  dibandingkan historical cost.
Makna Laba (Income)
Berdasarkan sudut pemilik, pendapatan diartikan kenaikan modal pemilik, sementara biaya diartikan Sebagai penurunan modal pemilik. Dengan demikian laba merupakan kenaikan kekayaan atau kemakmuran pemilik selama satu periode yang menjadi hak bagi pemilik.
2.        Teori Entitas ( Kesatuan Usaha)
Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori proprietary. Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan kegiatan usaha menyebabkan perusahaan menjadi unit usaha yang berdiri sendiri terpisah dari identitas pemilik. Hal ini berarti terdapat pemisah antara kepentingan pribadi pemilik dengan kepentingan perusahaan. Perusahaan dianggap Bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri terpisah dari pemilik. Teori entitas didasarkan atas persamaan akuntansi:
Aktiva = Hutang = Modal
Atau
Aktiva = Modal ( Hutang = Modal Pemilik)
 Elemen yang ada  pada sisi kanan persamaan sering disebut hutang, tetapi sesungguhnya adalah ekuitas dengan hak yang berbeda didalam perusahaan. Perbedaan utama antara hutang dan ekuitas pemilik adalah hak kreditur dapat dinilai secara independen dari penilaian yang lain jika perusahaan dalam keadaan solvent, sedangkan hak pemegang saham atau pemilik diukur dari penilaian aktiva yang diinvestasikan ditambah laba yang diinvestasikan kembali. Namun demikian, hak pemegang saham untuk menerima diveiden dan bagian aktiva jika dilikuidasi adalah hak sebagai pemegang saham bukan hak sebagai pemilik aktiva khusus.
Jadi hutang adalah kewajiban khusus perusahaan, dan aktiva menunjukkan hak perusahaan menerima barang dan jasa khusus atau manfaat lainnya. Penilaian aktiva harus menceminkan pengukuran manfaat yang diterima oleh perusahaan. Laba bersih suatu perusahaan umumnya diekspresikan dalam bentuk perubahan bersih modal pemilik, tidak termasuk perubahan yang berasal dari deklarasi deviden dan  transaksi modal. Hal ini tidak sama dengan teori proprietary yang mengatakan bahwa laba bersih adalah laba bagi pemegang saham.  Laba bersih dalam pendangan entitas menggambarkan sisa perubahan   posisi ekuitas setelah dikurangi semua klaim, termasuk bunga hutang  jangka panjang dan pajak penghasilan.
Teori entitas cocok diterapkan  untuk  organisasi  yang berbentuk perseroan terbatas (corporate), tetapi juga relevan untuk  perusahaan lain yang  memiliki eksistensi yang terpisah dari individu pemilik.
Teori entitas memiliki dua versi yaitu versi tradisional dan versi baru. Perbedaan kedua versi tersebut terletak pada sudut pandang yang digunakan dalam melihat entitas.
a.         Versi Tradisional
Menurut pandangan tradisional perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas (equity holders) yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan. Dengan demikian perusahaan harus melaporkan status investasi dan konsekuensiinvestasi yang dilakukan pemilik.
b.        Versi Baru
Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan berkentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri. Penyajian laporan keuangan kepada pemegang ekuitas dimaksudkan untuk memenuhi syarat legal dan menjaga hubungan   baik dengan  pemegang ekuitas dalam kaitannya dengan kebutuhan dana yang diperlukan dimasa mendatang.
Meskipun kedua pandangan diatas memusatkan perhatiannya pada kesehatan usaha (entitas yang independen), namun pandangan tradisional melihat pemegang ekuitas sebagai partner (associate) dalam kegiatan usaha yang dijalankan. Sedangkan pandangan baru melihat pemegang ekuitas sebagai pihak luar perusahaan.
Oleh karena pemilik dan kreditor merupakan pemegang ekuitas yang memberi dana, maka persamaan akuntansinya adalah:
Aktiva = Ekuitas
Ekuitas  menunjukkan hak/klaim pemegang ekuitas terhadap aktiva suatu unit suatu usaha. Kreditor memiliki klaim yang secara spesifik dapat ditentukan, sementara pemegang saham memiliki klaim  atas sisa aktiva dalam kasus likuidasi. Pemegang saham memiliki hak terhadap total aktiva dan dividen apabila diumumkan oleh dewan  direktur.  Meskipun demikian, hak yang diterima didasarkan pada  perjanjian kontraktual yang ada.
Atas dasar teori entitas, neraca yang disajikan mengandung makna sebagai berikut:
•            Aktiva perusahaan menyajikan informasi langsung mengenai nilai unit usaha
•            Ekuitas menunjukkan laporan tidak langsung terhadap jumlah nilai yang sama
•            Aktiva adalah milik perusahaan
•            Hutang merupakan kewajiban perusahaan bukan kewajiban pemilik
•           Aktiva non monoter lebih relevan bila diukur dengan cost histories karena nilai total aktiva sama dengan umlah pasivanya.
Makna Laba
Dalam pendekatan entitas ini, laporan rugi laba relevan dibandingkan neraca. Alasannya:
•            Pemegang ekuitas lebih tertarik pada alba yang merupakan hasilm dari investasi mereka
•            Perusahaan didirikan dengan maksud mencari laba
•            Laba merupakan perubahan dalam aktiva bersih perusahaan
•            Pendapatan adalah aliran masuk aktiva karena transaksi yang dilakukan perusahaan
•            Biaya adalah cost aktiva atau jasa yang digunakan perusahaan dalam rangka menghasilkan pendapatan


Laba ditahan
Menurut pandangan tradisional laba dicatat dan ditampung dalam laba ditahan. Pandangan baru melihat bahwa laba ditahan merupakan ekuitas perusahaan/investasi milik sendiri.
Pandangan Tradisional
•            Bunga pinjaman adlah distribusi laba ditahan atas pemakaian pinjaman modal bukan biaya bagi kreditor
•            Deviden merupakan distribusi laba ditahan bagi pemilik saham
•            Pajak penghasilan merupakan distribusi laba ditahan
Pandangan Baru
Kreditor dan pemegang saham dianggap sebagai pihak luar. Bunga pinjaman, deviden dan pajak penghasilan dianggap sebagai biaya perusahaankarena menurunkan jum;lah ekuitas unit usaha tersebut.
3.        Teori Ekuitas Residual
Seorang teoritisi akuntansi William Paton (1962) menyatakan bahwa ekuitas residual merupakan salah satu  jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Dalam pandangan teori entitas, pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang ekuitas lainnyan, tetapi pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik.
Jadi, teori ekuitas residual merupakan pandangan antara teori proprietary dan teori entitas. Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya menjadi:
Aktiva – Ekuitas khusus = Ekuitas Residual
Ekuitas khusus meliputi klaim kreditur dan ekuitas pemegang saham preferen. Namun demikian pada kasus khusus dimana kerugian begitu besar sehingga perusahaan mengalami kebangkrutan, ekuitas pemegang saham biasa dapat hilang dan pemegang saham preferen atau pemegang obligasi menjadi pemegang ekuitas residual. Tujuan pendekatan ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik kepada pemegang saham biasa dalam rangka pengambilan keputusan investasi.
Pemegang saham biasa pada umumnya dianggap memiliki ekuitas residual di dalam laba perusahaan dan di dalam aktiva bersih pada saat likuidasi. Oleh karena laporan keuangan umumnya disusun tidak dalam rangka likuidasi, maka informasi yang disajikan dalam kaitannya dengan    ekuitas residual harys berguna untuk memprediksi dividen masa datang bagi pemegang saham biasa.
4.        Teori Enterprise
Teori enterprise suatu perusahaan merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan teori entitas. Di dalam teori entitas perusahaan dipandang sebagai unit ekonomi terpisah yang dioperasikan dalam rangkamemberikan manfaat bagi pemegang saham. Sedankan dalam teori enterprise perusahaan dipandang sebagai lembaga dosial yang dioperasikan dalam rangka memberikan manfaat bagi banyak pihak yang berkepentingan. Dalam arti luas pihak-pihak yang berkepentingan meliputi pemegang saham, kreditur, pegawai, konsumen, pemerintah dan masyarakat secara umum. Jadi bentuk luas dari teori enterprise dapat dipandang sebagai teori akuntansi sosial.
Konsep ini cocok diterapkan untuk perusahaan skala besar dan modern dan memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan pengaruh dari tindakannya kepada beberapa kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Dari aspek akuntansi hal ini berarti tanggungjawab pelaporan keuangan tidak hanya kepada pemegang saham dan kreditur semata, tetapi lebih luas kepada semua kelompok lain yang berkepentingan dan masyarakat keseluruhan. Konsep income yang paling relevan dengan teori enterprise adalah laporan keuangan nilai tambah (value added statement) yaitu laporan keuangan yang menujukkan kontribusi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan didalam menghasilkan nilai tambah perusahaan.

5.        Teori Dana (Fund)
Teori dana mengabaikan asumsi hubungan personal dalam teori proprietary dan asumsi personifikasi perusahan sebagai unit ekonomi dan legal secara artifisal dalam teori entitas. Menurut teori dana, unit aktivitas  operasi merupakan dasar akuntansi. Unit aktivitas operasi ini disebut dana yang meliputi sekelompokaktiva dan restriksi atau batasan-batasan yang menggambarkan fungsi atau aktivitas ekonomi. Teori dana berdasarkan pada persamaan akuntansi sebagai berikut:
Aktiva = Restriksi Aktiva
Aktiva menggambarkan jasa prospektif kepada dana atau unit operasi. Hutang merupakan retriksi aktiva khusus atau umum dari dana. Modal yang diinvestasikan mencerminkan retriksi legal atau financial untuk menggunakan aktiva. Konsep teori dana ini banyak digunakan di sektor pemerintah dan lembaga nir-laba.
Didalam pemerintahan dana yang umunya digunakan meliputi dana umum (general fund), dana pendapatan khusus (special revenuefund), dana proyek (capital projectfund),  dana pelunasan hutang jangka penjang (debt service fund). Setiap dana ini memiliki restriksi penggunaan yang diatur dalam undang-undang atau peraturan pemerintah lainnya. Masing-masing dana dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri sehingga masing-masing memiliki pembukuan debit kredit sendiri dan memiliki neraca dan laporan perubahan saldo dana.
2.2.5.      Posisi FASB
Financial Accounting Standard Board (FASB) sangat jelas mengadopsi teori ekuitas residual ketika berhubungan dengan ekuitas pemilik (owner' equity) yang menyatakan "hak residual pada aktiva suatu entitas yang tersisa setelah di kurangi hutang". Pandangan ini sejalan dengan tujuan akuntansi yang  dinyatakan oleh FASB yaitu menyediakan informasi khususnya kepada investor atau lebih khusus kepada peemegang saham biasa.
FASB juga  mengakui bahwa  pendekatan  ini  menimbulkan masalah jika berkaitan dengan hybrid securites   atau saham yang memiliki karakteristik ganda yaitu sebagian hutang dan sebagian saham seperti pada hutang obligasi yang dikonversikan. Persoalannya adalah bagaimana   memisahkan dan mengungkapkan saham yang memiliki dua karakteristik  ini.
2.2.6.      Laporan Nilai Tambah (Value Added) Sebagai Pelengkap Laporan Keuangan
Laporan keuangan suatu perusahaan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laba yang belum dibagi dan perubahan posisi keuangan atau arus kas serta catatan atas laporan keuangan sebenamya tidak lain adalah laporan pertanggungjawaban manajemen kepada terutama para pemilik perusahaan.   Laporan keuangan ini disusun berdasarkan dua anggapan pokok. Pertama,  bahwa pemilik modal yang ditanamkan dalam perusahaan adalah pemegang  saham. Kedua, tujuan penyusunan  laporan keuangan dititik beratkan pada kebutuhan para pemegang  saham dan investor. Oleh karena itu laba bersih suatu perusahaan dapat  dipandang sebagai  pendapatan yang  dihasilkan perusahaan   untuk  para  pemegang  saham dan  investor  (ada investor yang mendapat bunga).
Konsep teori enterprise memandang bahwa tujuan perusahaan adalah  dalam rangka memberikan kesejahteraan kepada beberapa kelompok orang yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut. Untuk memberikan laporan kesejahteraan perusahaan kepada beberapa kelompok yang berkepentingan terhadap perusahaan, dapat dilakukan dengan menyusun laporan tambahan selain laporan keuangan yang biasa, yaitu laporan nilai tambah (value added statement). Laporan nilai tambah menunjukkan pendapatan suatu perusahaan sebagai kesatuan usaha dan bagaimana nilai tambah ini didistribusikan kepada kelompok-kelompok yang menyumbangkan terciptanya nilai tambah tersebut.


A.      Konsep Nilai Tambah
Konsep nilai tambah secara umum dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara pebghasilan kotor yang diterima oleh suatu perusahaan dari hasil penjualan produk dan jasa dengan jumlah uang yang dibayarkan untuk membeli bahan baku dan jasa alin yang disediakan oleh pemasok dari luar perusahaan. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa nilai tambah pada dasarnya adalah hasil penjualan dikurangi dengan biaya bahan baku dan jasa pihak luar yang digunakan dalam rangka menciptakan penghasilan tersebut.
Sebagian dari hasil penjualan dipakai untuk membayar bahan baku dan jasa yang dibeli dari masyarakat di luar perusahaan. Sisanya adalah kekayaan atau nilai tambah perusahan atau nilai tambah perusahaan yang diciptakan oleh pegawai yang ada di dalam perusahaan yang  bekerja dengan sejumlah modal yang berasal dari pemegang saham, kreditur dan pemakaian fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah.
Untuk  memberikan gambaran yang lebih jelas, sebagai misal A memiliki sebuah perusahaan X. A membeli bahan baku gandum seharga   Rp  10.000,- dan A menggaji seorang pegawai B untuk mengolah bahan baku gamdum menjadi tepung terigu. Tepung terigu ini laku dijual dengan harga Rp 25.000,. Pegawai B menerima gaji Rp 5.000,-. Dari  contoh ini dapat dihutung bahwa laba bersih yang diperoleh A sebesar Rp 10.000 sedangkan nilai tambah perusahaan X sebesar Rp 15.000,- Besarnya nilai tambah ini merupakan hasil kerja bersarna antara A sehagai pemilik modal dan B sehagai pegawai. Oleh karena itu nilai tambah akan didistribusikan kepada A dan B.
B.       MetodePenentuan Nilai Tambah
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menghitung nilai tambah suatu perusahaan yaitu Metode Subtractive dan Metode additive.
1.         Metode Subtractive, yaitu nilai tambah (NT) perusahaan dapat dihitung dari besarnya nilai penjualan atau output kotor perusahaan yaitu dengan cara hasil penjualan (HP) dikurangi dengan beban input (BI) yang terdiri dari bahan baku atau jasa yang dibeli dari luar perusahaan yang dipakai untuk menghasilkan penjualan tersebut atau secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
NT = HP- BI
2.         Metode additive merupakan nilai tambah (NT) perusahaan dapat dihitung dari laporan laba opeasi, yaitu dengan cara menjumlahkan jumlah input produksi yang berasal dari modal dan tenaga kerja dalam rangka menghasilkan penjualan. Dalam istilah akuntansi adalah jumlah laba operasi (sebelum pajak, bunga dan pos-pos luar biasa tetapi setelah menghilangkan unsur beban operasi dan laba yang berasal dari kegiatan non produksi) ditambah dengan biaya gaji dan upah pegawai atau secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
NT = BG + (LO – NP)
NT : Nilai Tambah
BG : Beban Gaji dan Upah
LO : Laba Operasi
NP : Beban Operasi dan Laba yang Berasal dari Kegiatan Non Produksi.
Metode  additive  memiliki beberapa kelebihan dibandingkan  metode substractive dalam hal penyusunannya lebih mudah karena cukup dengan memodifikasi laporan laba rugi. Disamping itu metode  ini mudah pula diterapkan untuk segala jenis bidang usaha, misalnya perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan jasa, jasa keuangan dan sebagainya.


C.      Penyusunan Laporan Nilai Tambah
Seperti halnya laporan laba rugi, laporan nilai tambah juga disusun atas dasar konsep akrual dan matching principles. Disamping itu, lapopran nilai tambah merupakan laporan hasil operasi perusahaan (tidak termasuk transaksi modal)  untuk periode waktu tertentu, bukan pada tanggal tertentu. Dengen metode additive,  laporan keuangan nilai tambah dapat disusun dengan mudah hanya dengan mengubah  laporan  laba rugi. Laporan keuangan nilai tambah dapat disusun dengan mudah hanya dengan mengubah laporan Laba Rugi. Besarnya laba yang ditahan perusahaan dapat dihitung dengan cara mengurangkan berbagai macam beban, pajak dan deviden dari hasil penjualan atau secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
LD    = HP – BI – Dep – BG – I – Div – T…….(1)
LD    : Laba Ditahan
HP    : Hasil Penjualan
BI     : Total Beban Input Bahan Baku dan Jasa Lain
BG    : Beban Gaji dan Upah Pegawai
Dep   : Beban Depresiasi
I        : Beban Bunga
Div   : Deviden yang Dibayar
T       : Pajak Penghasilan
Dengan  mengubah  persamaan  (1), yaitu memindahkan   elemen basil  penjualan, beban input dan beban depresiasi ke sebelah kiri persamaan serta memindahkan elemen beban gaji, beban bunga, deviden, pajak dan Iaba ditahan ke sebelah kanan persamaan, maka dapat dihitung besarya  nilai tambah bersih:
HP - Bl - Dep = BG + I + Div + T + LD .............. (2)
Jika  nilai  depresiasi  dalam  persamaan  (2) dipindahkan   ke sebelah kanan  persamaan,  maka akan didapat  besarnya  nilai tambah kotor:
HP - BI = BG+  I+ Div+ T + LD + Dep ...................(3)

Perbedaan antara nilai tarnbah bersih dan nilai tambah kotor terletak pada perlakuan beban depresiasi. Perbedaan kedua nilai tambah tersebut adalah sebagai berikut.
1.        Nilai tarnbah tidak lain adalah kekayaan yang diciptakan oleh perusahaan dan kekayaan ini akan dinilai terlalu tinggi apabila tidak diakui adanya akumulasi penurunan nilai aktiva tetap karena pemakaian aktiva tersebut.
2.        Sesuai dengan konsep konsistensi dan matching antara penghasilan dan beban, maka beban depresiasi harus diperlakukan pula seperti halnya beban input bahan baku yaitu pengurangi  hasil penjualan.
3.        Nilai tambah bersih menghilangkan adanya perhitungan ganda, sedangkan nilai tambah kotor akan menghasilkan perhitungan ganda, kerana tidak dikurangkannya beban depresiasi dari hasil penjualan.
Contoh :
Perusahaan A menjual bahan baku kepada perusahaan B. Secara keseluruhan penjualan ini tidak akan menaikkan nilai tambah, karena pertambahan nilai pada A akan diimbangi dengan pengurangan nilai tambah pada B (sebagai biaya  bahan pada B). Apabila barang yang diperjual belikan itu aktiva tetap, maka seandainya B melaporkan atas dasar nilai tambah  kotor, pembelian aktiva tetap oleh B tidak akan mengurangi nilai tambah, sedangkan nilai tambah A akan naik sebesar penjualan  aktiva tetap tersebut.






Tabel  8.1, Nilai Tambah kotor
4.        Ide suatu perusahaan merupakan hasil kerja kolektif  beberapa kelompok orang sesuai dengan konsep nilai tambah bersih. Lihat  tabel  8.2 besarnya nilai tambah bersih merupakan hasil kerja para  pegawai, pemilik modal dan pemerintah, sedangkan sisanya tercermin dalam laba ditahan yang dipakai untuk pengembangan perusahaan dimasa datang.
Tabel  8.2, Nilai Tambah Bersih



D.      Manfaat Laporan Nilai Tambah
1.        Pengungkapan
Laporan nilai tambah merupakan usaha memberikan informasi yang lengkap dan relevan tentang kegiatan perusahaan dengan memasukkan informasi beberapa kelompok orang yang berkepentingan terhadap perusahaan, seperti pemilik, kreditur, pegawai dan pemerintah.
Bagi pemakai laporan keuangan yang sudah ahli hal ini dapat dibenarkan karena mereka dengan mudah dapat mencari informasi yang sama dari laporan tahunan perusahaan. Namun demikian, perlu diingat bahwa tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna bagai berbagai macam pemakai laporan keuangan yang memiliki kebutuhan dan kemampuan menganalisa yang berbeda
2.        Sederhana dan Fleksibel
Laporan nilai tambah sangat mudah disusun hanya dengan memodifikasi laporan laba rugi. Desamping itu, bentuk dan isi laporan nilai tambah lebih mudah dipahami dibandingkan laporan laba rugi, khususnya bagi para pegawai, pemilik modal dan pemerintah, karena laporan tersebut mengelompokkan pihak-pihak yang ikut menyumbang tercipiptanya nilai tambah perusahaan.
Namun demikian, para pemakai laporan nilai tambah harus memiliki pemahaman tentang isi informasi yang disajikan, jika tidak kesederhanaan laporan nilai tambah menjadi menyesatkan.  Laporan nilai tambah memiliki fleksibilitas dalam penyusunannya,   karena dapat disusun atas dasar biaya historis, constant purchasing  power bahkan atas dasar current cost accounting sekalipun.
3.        Hubungan Industrial
Laporan nilai tambah dimaksudkan dapat mencerminkan adanya "team spirit" di dalam organisasi perusahaan. Laporan Nilai tambah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan laporan laba-rugi :
1.        Laporan nilai tambah menggambarkan pernana pegawai di dalam perusahaan oleh karena dipandang sebagai pihak yang ikut menyumbangkan  terciptanya kekayaan perusahaan.
2.        Dengan pemberian insentif kepada para pegawai atas dasar besarnya sumbangan mereka terhadap nilai tambah perusahaan, maka dengan sendirinya akan menaikkan motivasi pegawai didalam proses penciptaan kekayaan perusahaan.
3.        Laporan nilai tambah dapat dipakai sebagai referensi guna penyelesaian kasus-kasus perburuhan.
4.        Kebijakan Ekonomi
Laporan nilai tambah berperan dalam memperbaiki kegiatan analisa ekonomi, oleh karena konsep nilai tambah konsisten dengan analisa input-output yang sering dipakai para ekonom untuk menghitung pendapatan nasional. Apabila setiap perusahaan secara konsisten menyajikan laporan nilai tambah, maka pemerintah akan mampu mengumpulkan data ekonomi secara akurat dan tepat waktu yang pada gilirannya akan memberikan data yang akurat bagi keperluan peramalan dan penyusunan kebijakan ekonomi pemerintah.
5.        Analisis Komparasi
Laporan nilai tambah memberikan tambahan kriteria yang dapat dipakai sebagai dasar untuk meniali dan membandingkan prestasi suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Dengan mengetahui besarnya rasio antara nilai tambah dan gaji pegawai akan dapat diprediksi sehat tidaknya suatu perusahaan. Disamping itu laporan nilai tambah dapat pula dipakai sebagai alat untuk mengukur besar dan pentingnya suatu perusahaan. Besarnya perusahaan biasanya tercermin dari besarnya nilai penjualannya, tetapi perlu diingan bahwa angka nilai penjualan dapat menyesatkan jika besarnya turnover perusahaan hanyalah pencerminan dari biaya pembelian produk dari perusahaan lain yang di jual kembali kepada konsumen
Perusahaan yang padat modal dan hanya memperkerjakan sedikit pegawai akan tampak lebih besar dan penting dibandingkan perusahaan padat karya. Laporan nilai tambah memberikan  informasi tentang besarnya  jumlah pegawai  dan besarnya  penciptaan  kekayaan bersih perusahaan,  serta  distribusi kekayaan   ini  kepeda  beberapa kelompok  yang  terlibat  dalam  proses  penciptaan   kekayaan  tersebut.
E.       Kelemahan Laporan Nilai Tambah
Bagi para pemakai yang tidak memahami konsep laporan keuangan, laporan nilai tambah dapat membingungkan mereka sebab nilai tambah suatu perusahaan baik sebaliknya laba perusahaan turun.
Contoh:
Misalnya penjualan suatu perusahaan R. 100.000, sedang biaya inputnya Rp. 0 dan biaya gaji pegawai Rp. 110.000. laporan nilai tambah perusahaan menunjukkan Rp.100.000 (Rp. 100.000 – Rp. 0 dan menderita kerugian bersih sebesar Rp. 100.000 (Rp.100.000 – Rp. 110.000). apa yang terjadi pada perusahaan ini sebenarnya adalah kekayaan yang diciptakan oleh perusahaan Rp. 100.000 sedangkan kekayaan yang didistribusikan kepada pegawai sebesar Rp. 110.000 melebihi besarnya kekayaan yang diciptakan. Jadi ada transfer kekayaan dari pemegang saham ke pegawai perusahaan.
Dengan menyajikan laporan nilai tambah ada kecenderungan bahwa manajemen akan selalu memaksimumkan besarnya nilai tambah yang pada gilirannya akan menyesatkan dalam pengambilan keputusan.   Sebagai contoh,  sebuah perusahaan mempertimbangkan membuat sendiri atau membeli dari luar suatu komponen khusus dan berikut ini informasi yang tersedia:
-    Tarnbahan  biaya   memproduksi   komponen  menjadi produk  akhir         = Rp    500,-
-    Harga jual produk  akhir                                = Rp3000,-
-    Nilai tambah  membuat  sendiri  komponen = Rp 3000 - Rp 1000  = Rp 2000,-
-    Nilai tambah  membeli  komponen                =  Rp 3000 - Rp 2000 = Rp 1000,-
-    Laba bersih  membuat  sendiri  komponen    = Rp 3000 - Rp 3000 = Rp 0,-
-    Laba bersih  membeli  komponen                  = Rp 3000 - Rp 2500 = Rp 500,-
Jika tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan nilai tambah, maka sebaiknya membuat sendiri komponen tersebut karena akan memberikan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan membeli dari luar dan perusahaan tidak mendapatkan laba atau rugi. Sebaliknya jika tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba, maka sebaiknya  perusahaan membeli komponen tersebut dari luar karena memberikan  laba sebesar Rp 500,-. Jelaslah bahwa pengambilan keputusan dengan  konsep nilai tambah memerlukan ketelitian dan pertimbangan banyak faktor .
2.3.       STUDY KASUS


AFTAR PUSTAKA
Ghozali, I, dan A. Chariri, 2007, Teori Akuntansi, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Edisi 3.
Yenti, Y.E. and Syofyan, E., 2013. Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di PT BEI). Wahana Riset Akuntansi, 1(2).
Mulya, A.A., 2012. Analisis Relevansi Informasi Laba Akuntansi, Nilai Buku Ekuitas dan Arus Kas Operasi Dengan Harga Saham. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur, Jakarta.
Maimunah, S. and Megasatya, T.S., Pengaruh Struktur Modal Terhadap Earning Per Share Pada Pt Telekomunikasi Indonesia Tbk. Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi, Volume 1 No. 2 Tahun 2015, Hal. 85-93
Wahyudi, U. and Pawestri, H.P., 2006. Implikasi struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan: dengan keputusan keuangan sebagai variabel intervening. Simposium Nasional Akuntansi, 9, pp.1-25.
Iustian, R., & Arifah, D. A. (2013). Analisis Pengaruh Informasi Laba Akuntansi, Nilai Buku Ekuitas Dan Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham. Fokus Ekonomi, 8(1).
Naimah, Z., & Utama, S. (2006). Pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan, dan profitabilitas perusahaan terhadap koefisien respon laba dan koefisien respon nilai buku ekuitas: Studi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX, 23-26.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH TEORI AKUNTANSI, KONSEP BIAYA (EXPENSES)

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK, Mengenai Pencatatan Akuntansi Sektor Publik